Ingin Bekerja Menjadi Social Media Specialist? Ini yang Perlu Kamu Perhatikan

shares

Tren penggunaan media sosial untuk kebutuhan marketing memunculkan profesi baru, yakni social media specialist. Di Indonesia profesi social media specialist mulai ramai kira-kira sejak 5-6 tahun terakhir, ketika banyak perusahaan atau brand menggunakan jasa orang-orang yang aktif di sosial media.
Tak tanggung-tanggung, berdasarkan data The United States Bureau of Labor dalam setahun social media specialist bisa menghasilkan US$51.280 atau sekitar Rp 600 juta. Namun angka ini tentu saja dipengaruhi oleh berbagai faktor mulai dari perusahaan yang ditangani, pengalaman, lokasi dan lainnya.
Bagi kawan smart yang berniat menjadi social media specialist, berikut 6 hal yang perlu kamu perhatikan :

1. Tuntutan Client
Buat kamu yang menjadi sosial media spesialis di sebuah agensi atau pihak ketiga, perlu diingat bahwa klien adalah raja, karena mereka yang membayar kita untuk sebuah proyek. Maka jangan heran kalau klien kamu terlalu ‘cerewet’ untuk meminta ini dan itu.
Persiapkan diri kamu dan tanggapi tuntutan mereka dengan sabar. Buat mereka senang dan puas dengan segala pekerjaan kamu, dengan begitu hubunganmu dan klien juga akan berjalan lebih baik.

2. Campaign
 Media sosial tak lepas dari yang namanya sebuah campaign atau kampanye. Bagi sebuah brand, campaign sangat penting, terutama di media sosial. Kampanye di media sosial bisa berefek viral atau banyak dibicarakan banyak orang.

Menciptakan sebuah ide kampanye memang tidak mudah, maka kamu harus memutar otak dan mengeluarkan kreativitasmu untuk mendapatkan ide yang unik dan berpotensi viral. Selain itu, kamu jangan kecewa jika nantinya ide kamu tidak apat diterima atasan atau klien, namun siapa tahu di lain kesempatan ide kamu masih bisa digunakan atau dimodifikasi untuk kampanye brand lain.

 3. Target
Setiap pekerjaan memang memiliki target, dan dalam setiap kampanye yang ada di media sosial memiliki key performance indicator (KPI) sebagai alat pengukur. Nantinya akan ada permintaan dari klien soal KPI dalam sebuah kampanye.
Untuk lebih mengoptimalkan sebuah kampanye, beberapa media sosial seperti Facebook dan Twitter saat ini memiliki layanan advertising yang dapat membantu konten kamu agar tersebar dan mendapatkan traffic lebih banyak.

4. Quiz Hunter
 Siapa yang tidak suka dengan hadiah-hadiah gratis? Indonesia termasuk salah satu negara dengan total pengguna media sosial terbesar, tak heran jika banyak juga pemburu hadiah di media sosial. Mereka yang biasa mengincar hadiah-hadiah gratis biasa disebut juga Quiz Hunter.
Sebagai social media specialist kamu harus memperhatikan hal ini juga. Mereka terbiasa untuk melakukan segala cara demi memenangkan kuis atau kampanye yang kamu jalankan. Coba pikirkan syarat dan ketentuan mengikuti kuis yang bisa meminimalisir kecurangan dari para peserta.


5. Haters

Menjelek-jelekan produk atau brand sudah biasa terjadi di media sosial, karena para penggunanya merasa bebas melakukan apa saja dengan akun miliknya. Maka ketika ada haters yang bertindak berlebihan, sebaiknya kamu tanggapi saja dengan santai.
Tak perlu menanggapi setiap ucapannya, dan jika sudah terlalu mengganggu, kamu bisa memanfaatkan layanan ‘Report’ yang biasa ada di media sosial. Laporkan akun tersebut agar bisa ditindak oleh pihak media sosial. Jangan lupa untuk mencantumkan alasan dan bukti yang jelas saat melaporkan gangguan tersebut.

6. Komplain
Ditugaskan untuk memegang akun media sosial sebuah brand memang tugas yang berat. Selain harus menguasai latar belakang brand dan produk-produk yang dijualnya, kamu juga harus tahan terhadap semua komplain yang masuk. Ini merupakan hal yang umum dialami, jadi tak perlu kaget.
Cara paling tepat menanggapi komplain adalah dengan menenangkan pelanggan. Tak perlu menanggapi komplain mereka dengan emosi. Selain itu, respon cepat menjadi kunci agar pelanggan puas dengan layanan purna jual sebuah brand.
 

Related Posts