Kisah Hendy Setiono Lahirkan Waralaba Kebab Turki Baba Rafi


Kisah Hendy Setiono Lahirkan Waralaba Kebab Turki Baba Rafi
Kisah Hendy Setiono Pendiri Baba Rafi 


Kebab merupakan kudapan khas Timur Tengah yang kini mudah dijumpai di Indonesia. Di Turki sendiri, kebab biasanya terbuat dari daging kambing. Di Indonesia, kebab umumnya terbuat dari daging sapi giling yang diolah dengan bumbu-bumbu khusus.
Baba Rafi merupakan salah satu merek kebab terkenal di Indonesia. Baba Rafi kini juga sudah menggunakan sistem franchise atau waralaba. Saat ini, ada lebih dari 1.200 outlet kebab di seluruh Indonesia dan beberapa negara lainnya seperti Singapura, Malaysia, Filipina, Brunei, Sri Langka, Tiongkok, hingga Belanda.

Hendy Setiono dan istri, Nilam Sari, merupakan orang dibalik suksesnya Kebab Turki Baba Rafi. Pasangan yang menikah muda di usia 19 tahun ini mulai bisnis dengan modal Rp4 Juta.

Saat itu, Hendy masih duduk di bangku kuliah di ITS, Surabaya sebelum akhirnya memutuskan berhenti kuliah pada semester 4 dan fokus memulai usaha. Pasangan ini sebenarnya bukan berasal dari keluarga pengusaha, atau berlatar kuliner.

Meski demikian, keduanya kerap mengikuti seminar dan pelatihan, baik soal wirausaha maupun kuliner. Pertama kali berbisnis, hotdog dan burger menjadi produk pertama mereka.

Bermodal bahan-bahan yang mereka beli di supermarket yang tinggal dipanaskan, omzet harian pasangan ini pada 2003 mencapai Rp400 Ribu. Setelah setahun berbinis, bisnis ini akhirnya berkembang menjadi 6 outlet.

Tiba-tiba, muncul pesaing yang bisnisnya berkembang sangat pesat dan mempengaruhi omzet mereka. Terpaksa, 6 outlet burger dan hotdog yang mereka miliki, tutup satu persatu.

Saat mengalami kegagalan dalam bisnis, Nilam dan Hendy tak merenungi nasib begitu saja. Mereka memilih mengunjungi orang tua mereka di Qatar. Tiket ke Qatar mereka dapat dari orang tua mereka yang memiliki 2 kali jatah tiket pesawat.

Saat berada di Qatar, Nilam dan Hendy banyak melihat tukang kebab berjualan di pinggir jalan. Dari situ, mereka terinspirasi menjual kebab di Indonesia. Awalnya, mereka mencoba membuat kebab dengan bumbu yang mendekati rasa aslinya, seperti rasa kapulaga dan cengkeh.

Sayangnya, harga pokok untuk kedua rasa ini sangat mahal. Kemudian, pasangan ini memodifikasi cita rasa yang lebih lokal agar sesuai dengan lidah orang Indonesia dan memiliki harga jual lebih murah.

Setelah menemukan resep yang cocok, mereka kembali membuka Kebab dengan gerobak yang kemudian diberi nama Kebab Turki Baba Rafi. Rafi adalah nama anak pasangan ini, dan baba memiliki arti ayah. Jadi, Kebab Turki Baba Rafi memiliki arti, Kebab Turki Ayahnya Rafi.

Pada 2005, kebab Turki Baba Rafi menggunakan sistem franchise atau waralaba. Untuk menunjang SDM karena turn over pegawai yang tinggi, Kebab Turki Baba Rafi mendirikan Baba Rafi Academy.

Lulusan akademi ini sudah terlatih membuat kebab dan ditempatkan di outlet-outlet yang membutuhkan karyawan. Dalam menjalankan bisnis, pasangan memiliki moto LETAM, Lihat peluang, Evaluasi peluang, Tiru cara yang mungkin bisa diadopsi, Amati caranya dan lakukan, Modifikasi cara yang telah dipilih.

PT Kebab Baba Rafi Indonesia juga memiliki merek lain seperti Ayam Bakar Mas Mono, Bebek Garang, Cokro Tela Cake, Piramizza, dan Voila yang dikembangkan menjadi bisnis waralaba.


by: Riza/ smart-money.co / Sep 2015

Kegagalan Membuat Yasa Singgih Menjadi Jutawan Muda


Ketika banyak orang yang menunggu lulus kuliah untuk memulai bekerja atau berbisnis dan memiliki penghasilan. Yasa Singgih pria kelahiran Bekasi,  23 April 1995 ini memiliki omzet  ratusan juta saat berusia 19 tahun.

Yasa membangun brandnya sendiri yang ia berinama Mens Republic, menjual berbagai kebutuhan fashion pria mulai dari kaos, jaket, sepatu, sandal, hingga underwear. Yasa memulai bisnis ketika masih duduk di bangku SMA, ketika itu ia memiliki kondisi dimana orang tuanya sakit sehingga ia kepepet mencari uang sendiri untuk memenuhi kebutuhannya.

Awal mula mencari uang Yasa tidak langsung terjun pada dunia bisnis, tetapi ia menjadi MC di acara-acara ulang tahun. Setelah itu ia mulai berjualan menjadi reseler dari barang pinjaman yang dijual secara online.

Terjun pada dunia bisnis memang tidak semudah yang dibayangkan, terlebih saat itu Yasa memulai bisnisnya secara otodidak di usia belia. Yasa pernah mengalami beberapa kali kegagalan dalam berbisnis contohnya ketika berbisnis lampu hias. Usaha lampu hias terpaksa gulung tikar karena ia kehilangan supplier.

Dari semua kegagalan, kerugian paling parah dialami Yasa ketika duduk di SMA kelas 3. Saat banyak anak yang tegang bahkan stres menghadapi Ujian Nasional, Yasa justru harus menanggung beban yang lebih berat karena dirinya mengalami kerugian hingga Rp 100 Juta dari bisnis kuliner.

Namun kegagalan demi kegagalan justru membuat mahasiswa Binus ini banyak belajar dan makin mantap untuk fokus membangun bisnis. Kegagalan justru mengantarkan Yasa pada kesuksesan usia muda, karena ia memiliki prinsip tidak mau kuliah dengan uang orang tua. Maka mau tak mau ia harus bangkit dari kegagalan.


Setelah sukses berbisnis dan mewujudkan mimpi-mimpinya di usia muda. Yasa juga tak pelit untuk berbagi ilmu dan pengalamannya melalui buku Never Too Young To Become A Billionaire,  ia juga kerap kali diundang untuk mengisi seminar dari kampus ke kampus, bahkan membuat seminar sendiri mengenai enterpreneur dari pengalamannya tersebut.

Setiap orang memiliki jatah gagal masing-masing kalau kita bisa menghabiskan jatah gagal di usia muda kenapa harus tunggu tua? Lebih baik kehilangan masa muda dari pada masa depan – Yasa Singgih-

Makeup Bali modifikasi jadi pemenang di JWF 2015

 

Weddingku dan Radyatama tahun ini kembali menggelar Jakarta Wedding Festival (JWF) 2015. Acara ini merupakan wedding festival terbesar dan terlengkap di Asia yang di helat di JCC Senayan selama tiga hari 14-16 Agustus. 

Tahun ini lebih dari 500 vendor pernikahan yang turut berpartisipasi mulai dari vendor pernikahan yang ada di Jakarta, Bali, dan beberapa kota besar lainnya di Indonesia. 

JWF 2015 tidak hanya sebagai tempat bagi para calon pengantin yang ingin mempersiapkan pesta pernikahan. Tetapi banyak acara yang digelar dalam memeriahkan acara terebut, salah satunya lomba makeup tradisional modifikasi yang diselenggarakan pada hari pertama (14/8).

Lomba makeup tradisional modifikasi di JWF 2015 kali ini mengusung tema “Gebyar Indonesia” tribute to Ibu Tien Santoso. Merupakan seorang perias pengantin terkenal yang pernah dipercaya menangani pernikahan putra presiden pertama RI, Bayu Soekarno Putra. Dan beliau juga merupakan seorang dosen yang pernah mengajar program studi tata rias, jurusan Ilmu Kesejahteraan Keluarga di Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta.


Lomba tersebut diikuti oleh 20 finalis yang telah di seleksi dari seluruh Indonesia. Dengan 45 menit waktu yang diberikan masing-masing peserta untuk menyelesaikan riasan pengantin. Khusus bagi peserta yang menggunakan teknik paes yakni lekukan pada dahi, diberikan waktu tambahan 30 menit.

Arief Anang Purnomo salah satu finalis no. Urut 4 dengan tema Bali modifikasi. Keluar sebagai pemenang dengan nilai 1750 dan berhak mendapatkan hadiah uang tunai senilai Rp 2juta, piala serta voucher dari Ultima senilai Rp 1,5 juta.

Dalam pesiapan lomba kali ini diakui pria yang berprofesi sebagai makeup artist sejak tahun 2011 ini, begitu mepet. Awalnya ia mendapatkan info lomba di JWF 2015 dari seorang teman sesama perias. Lalu mendaftarkan diri melalui e-mail dengan mengirimkan contoh makeup ke panitia weddingku.

Setelah lolos ia langsung memikirkan konsep dan memilih model yang sesuai dengan tema atau karakter yang diangkatnya, yakni Bali Modifikasi. Tingkat  kesulitannya adalah membuat Srinadi untuk pengantin Bali agung modifikasi. 


Untuk teknik makeup Bali modifikasi, Arief menggunakan teknik 4D yaitu membaurkan warna eyeshadow lebih dari tiga warna pada bagian kelopak mata.

Teknik makeup 4D  jarang sekali digunakan pada lomba-lomba makeup, mengingat tingkat kesulitan dan waktu pengerjaannya yang lama. Inilah yang menjadi nilai plus pada hasil akhir yang ia buat.

Sedangkan dalam pemilihan bedak dan foundation dibuat seringan mungkin. Sehingga warna yang dihasilkan tampak terlihat lebih natural tidak seperti topeng.

“Lomba kali ini banyak sekali memberikan saya wawasan tentang pengantin nusantara, tata cara serta pakem dari pengantin adat. Modifikasi tetapi tetap ada benang merahnya” Ucap Arief.

Lean Startup Machine: Workshop Praktis Mengatasi Kegagalan Startup

Hasilkan beberapa ide bisnis startups sebagai pemenang, munculkan bibit-bibit baru dalam dunia kewirausahaan Indonesia


Jakarta, 6 September 2015 – Di tengah meningkatnya animo untuk membuka usaha sendiri, banyak startup yang gagal untuk tumbuh. Banyak penyebab kegagalan startup bukan masalah teknis, melainkan kegagalan menembus pasar, memahami konsumen dan bertanya pertanyaan yang tepat pada konsumen.

Workshop yang diselenggarakan selama tiga hari dengan metode “Get out of the building” ini telah menghasilkan beberapa ide bisnis startups sebagai pemenang dari Lean Startup Machine Jakarta yang dijurikan oleh beberapa juri yang berpengalaman di bidang startups. Pemenangnya adalah:

Home911, sebuah layanan perbaikan rumah on-demand  yang cepat dan terpercaya
Peduli Budaya, portal budaya Indonesia, event, produk, dan sanggar
Wishlist, gift directory and wishlis
TrimaJadi, solusi tepat guna untuk kebutuhan kuliner restoran sebagai Honorable mention
“Sembilan puluh lima (95) persen dari keseluruhan jumlah startup yang gagal tidak selalu karena masalah teknis, tetapi karena tidak ada orang yang menggunakan produknya,” menurut Doni Priliandi, Founder dari Happy5, salah satu mentor di Lean Startup Machine, 4-6 September 2015.
Lean Startup Machine, workshop yang berasal dari New York dan telah menyelenggarakan workshop di lebih dari 200 kota di 6 benua ini diadakan untuk kedua kalinya di Jakarta. Lean Startup Machine diprakarsai oleh Trevor Owens pada tahun 2010. Sebelumnya, ia telah memulai sebuah bisnis scooter, tetapi tidak mampu mendapatkan konsumen. Saat itu, ia menyadari bahwa terdapat cara yang lebih baik untuk membangun sebuah bisnis, yaitu berbicara dengan konsumen dan memahami apa yang mereka butuhkan.


Memahami dan berbicara pada konsumen adalah yang diajarkan oleh Trevor Owens dalam Lean Startup Machine, melalui metode “Get out of the building!”. Dalam metode ini para peserta startups bertemu dan berbincang langsung dengan para konsumen, dan menggali apa yang harus mereka kembangkan kedepannya.

“Di Lean Startup Machine, kami mengusung metode ini agar para peserta memiliki pengalaman langsung untuk berbicara dengan konsumen. Dengan begitu, peserta dapat memahami permasalahan konsumen dan menetapkan solusi yang tepat”, ujar Ikhsan Rahadian, Lead Organizer Lean Startup Machine Jakarta.

Dalam Lean Startup Machine, peserta dibagi atas beberapa tim. Masing-masing tim menciptakan Minimum Viable Product (MVP). Acara ditutup dengan sesi dimana masing-masing tim melempar solusi baru dan dinilai oleh juri. Dalam kompetisi ini pemenang tidak dipilih berdasarkan yang memiliki ide yang terbaik, tetapi tim mana yang menghormati proses, memperoleh wawasan baru, dan mengaplikasikan pemahaman validasinya.

Metode validasi yang diusung Lean Startup Machine, telah diterapkan di 50 kota di dunia seperti San Fransisco, Amsterdam, Hong Kong, dan Singapore dan telah terbukti sukses melahirkan lebih dari 25.000 entrepreneur setelah mengikuti Lean Startup Machine. Di Indonesia, selama 3 hari peserta akan dilatih secara intensif oleh para mentor yang merupakan founder dan CEO startup yang telah sukses.


Beberapa mentor tersebut adalah:
Achmad Zaky, Founder and CEO, Bukalapak.com
● Alan Jiang, International Launcher, UBER
● Anna Rehermann, Founder, Growth Hacking Asia
● Ario Pratomo, Co-Founder, Comma Indonesia
● Boye Hartmann, Founder and CEO, Y Group Asia
● Dian Noeh Abubakar, Founder and CEO, Kennedy Voice & Berliner, Founder of Voice of Startups
● Dondi Hananto, Founder, Kinara Indonesia
● Doni Priliandi, Founder, Happy5
● Eddy Lee, Consulting Professor at Stanford University and Founder at Deft Intelligence
● Fajar Anugerah, Senior Partner, Kinara Indonesia
● Fung Fuk Lestario, CEO & Co-Founder, Rupawa
● Gede Mangala, Founder, Edraflo
● Lauren Carnaille, Indonesia Country Head, Growth Hack
● Nanda Ekaputra, Head of Marketing, New Business, Go-Jek
● Rene Suhardono Canoneo, Founder, Happy5
● Rokimas Soeharyo (Co-Founder & COO, TouchTen)
● Ryan Gondokusumo, Founder & CEO, Sribu.com
● Steven Kim, Co-Founder & CEO, Qraved
● Sutansyah Marahakim, People Developer, Kolaborasi Kapital
● Vincent Iswaratioso, Founder & CEO, Indomog
● Vikra Ijas, Co-Founder & CMO, Kitabisa.com
● Zafrul Noordin, Founder / CEO, Code Ar.my, Lean Startup Machine's Global Advisor

Bertempat di Kejora HQ, Wisma Barito Pacific Building, Slipi, Lean Startup Machine dipenuhi oleh 110 orang peserta. Yang membuat workshop ini lebih menarik adalah peserta ataupun tim terbaik berkesempatan untuk diundang para juri dalam program accelerator/incubator mereka yakni Kejora HQ, GEPI, Endeavor Indonesia, SkyStar Ventures, dan Eddy Lee (Consulting Professor Stanford University) berupa tiket inkubasi dan ruang kantor, scale-up clinic, ideabox, dan konsultasi.