Bersaing Mendapatkan Pekerjaan Dari Ribuan CV yang Menumpuk

shares



Setiap tahun pengangguran di Indonesia jumlahnya masih cukup banyak, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik yang dipaparkan Hendra Tanumihardja selaku Chief Manager PT Bank Central Asia Tbk (BCA) di acara BCA Careerland (21/11/2015), Senayan City Jakarta.  Jumlah pengangguran hingga Februari 2015 mencapai 7,45 juta orang.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) didominasi oleh penduduk berpendidikan SMK sebanyak 9,05%, SMA 8,17%, Diploma I/II/III 7,49% dan Universitas 5,34%. Sementara, TPT terendah ada pada penduduk berpendidikan SD kebawah dengan presentase 3,61%.

Walaupun Jumlah lulusan SMA/SMK dan Universitas tiap tahunnya terus bertambah, hal ini tidak berpengaruh pada angka pengangguran di Indonesia. Justru mereka yang berpendidikan SD kebawah memiliki presentase TPT lebih rendah dari pada mereka yang memiliki level pendidikan lebih tinggi.

Sebanarnya apa yang membuat para lulusan saat ini sulit mendapat pekerjaan?  Hendra menjelaskan  BCA tiap tahunnya menerima aplikasi lamaran sebanyak 250.000 dimana 93% didominasi melalui web base, 6% yang melalui job fair dan 1% melalui campus hiring.

Situasi saat ini dimana jumlah market terlalu padat, terlalu banyak lulusan dari perguruan tinggi. Mau tidak mau para lulusan harus berkompetisi,  jangan sampai memiliki IP tinggi tapi tidak memiliki pekerjaan.

“Dari 250.000 CV yang masuk ke BCA, hampir semua isinya mirip-mirip bahkan terlalu banyak mengirim aplikasi terkadang mereka para pelamar salah menuliskan nama PT atau perusahaan”, ungkap Hendra.

Untuk itu sebagai pelamar kamu harus stand out menunjukan value dari diri kamu, bahwa kamu memiliki sesuatu yang berbeda. Karena dari ribuan lamaran hal pertama yang dilihat oleh perusahaan bukan lagi dari nama atau hobinya, tetapi dari packaging yakni foto CV yang mereka kirim.

Banyak kesalahan pelamar yang menggunakan foto selfie-nya dengan pose dan ekspresi  tidak wajar. Seperti selfie menggunakan baju daerah, foto hampir seluruh badan, foto menggunakan tas, hingga mencantumkan foto  dengan ekspresi memelet yang jauh dari kesan profesional.

Ketika bertatap muka langsung untuk interview, ternyata komuikasi dan body language mereka tidak menunjukan sifat atau karakter yang dituliskan pada CV. Parahnya banyak dari pelamar yang hanya berpura-pura atau hanya pencitraan dan ketika sudah diterima bekerja ternyata ia jauh dari ekspektasi yang diharapkan perusahaan.

Membangun komunikasi  saat ini tidak hanya dapat dilakukan di dunia nyata, komunikasi dapat dibangun melalui dunia maya seperti media sosial. Sebelum menerima calon karyawan, perusahaan juga kerap kali mengecek  akun media sosial yang pelamar miliki. Maka, mulai sekarang kamu harus lebih berhati-hati dan bijak dalam memposting sesuatu di media sosial. 

Related Posts