Hudoq di Indonesia Fashion Design Competition 2015

shares


Salah satu wadah bagi para designer muda meniti kariernya di industri fashion adalah dengan mengikuti kontes atau kompetisi. Misalnya lewat Indonesia Fashion Design Competition yang diadakan Indonesia Fashion Week bersama Dulux.

Selama lebih dari 3 tahun berturut-turut, Indonesia Fashion Week dengan konsisten menggelar Kompetisi terbesar yang melibatkan berbagai kalangan baik designer, alumni, dan siswa-siswi sekolah mode serta kalangan umum.

Arlini Pramudya (25) salah satu peserta asal jakarta yang berhasil masuk 10 besar finalis IFDC 2015, merupakan lulusan dari Raffles KvB Sydney. Sebelumnya ia pernah bekerja dengan beberapa designer Australia seperti Nicola Finetti, designer Indonesia Oscar Lawalata dan Aji Notonegoro.

Saat ini Arlin memiliki label bridal bernama Kinzee. Dalam ajang Indonesia Fashion Week 2015 ini, akan ada gelaran tersendiri untuk labelnya.

"Mostly sangat excited karena aku berpikir di sini aku tidak hanya mempresentasikan sebuah outfit, tetapi juga mempresentasikan salah satu budaya Indonesia, yaitu Hudoq. Ada rasa gugup juga juga karena aku harus bisa menceritakan nilai-nilai Hudoq itu sendiri," kata Arlin.



Menurut Arlin, tahun lalu ia pernah datang ke sebuah acara kebudayaan, dan disitulah ia melihat kebudayaan Dayak. Menurutnya, karya-karya Dayak lucu (bagus) karena banyak rumbai-rumbai, daun dan topeng. Karena itulah pada ajang kali ini ia memilih tema "Unmasking Hudoq".

"Aku ingin memperkenalkan Hudoq ke masyarakat karena ini merupakan salah satu warisan budaya Indonesia yang sudah di akui UNESCO, tapi sayangnya banyak masayarakat yang belum mengetahuinya," jelasnya.



Dengan persiapan mepet tenggat, ia tetap maju. Untuk pembuatannya membutuhkan waktu sekitar satu minggu. Padahal ini pertama kalinya ia membuat pakaian ready to wear, karena biasanya membuat bridal dan evening wear.

Ini juga kali pertama kali ia mengikuti IFDC. Seleksi IFDC tahun ini menurutnya cukup ketat. Setiap peserta diwajibkan mempresentasikan koleksi secara lengkap, tidak hanya desain tapi juga dari segi bisnisnya. Misalnya target pasarnya harus jelas berikut penentuan harganya. Nantinya, desain koleksi peserta akan benar-benar dijual.

Tentang karya para peserta IFDC lainnya tahun ini, Arlin berkomentar, "Banyak banget karya-karya yang unik dan memiiki ciri khas masing-masing, mulai dari segi desain, teknik dan juga pilihan budaya Indonesia yang dijadikan tema oleh para finalis".

by: Riza Firli/ 15 Jan 2015

Related Posts