Tampilkan postingan dengan label buku. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label buku. Tampilkan semua postingan

6 penyebab orang Indonesia malas membaca buku


Jika berbicara mengenai budaya membaca, saat ini literasi Indonesia sangat jauh tertinggal dibanding negara-negara Asia Tenggara.

Bahkan, sejumlah penelitian yang dilakukan lembaga nasional maupun internasional. Literasi orang Indonesia berada di urutan 60 dari 61 negara. Penelitian tersebut, berdasarkan studi Most Littered Nation In the World yang dilakukan Central Connecticut State University (2016).

Sedangkan peniliatn UNESCO, menunjukan minat baca di Indonesia hanya 0,001.

Lalu, apa  sebenanya yang membuat orang Indonesia malas membaca? Berikut 6 hal penyebabnya :

1. lebih senang menonton
Youtuber Indonesia via IDN TIMES
Orang Indonesi gemar sekali menonton dibanding membaca, hal ini nampaknya tidak pelu bukti-bukti penelitian. Coba saja tengok berapa jumlah viewers  video yang diunggah Ria Ricis, Awkarin dan Raditya Dhika di channel Youtube mereka. Bahkan, jumlahnya subscriber mereka sudah menembus jutaan bukan?

Belum lagi, tayangan televisi seperti reality show hingga sinetron. Setiap hari stasiun televisi berlomba-lomba meningkatkan rating pada jam-jam prime time. Bahkan, pada bulan Ramadan acara sahur yang ditayangkan pada dini hari menjadi acara paling seru yang banyak ditonton.


2. Lebih senang bersosial media
Social media platform via: BBC

Data APJII menunjukan jumlah pengguna internet Indonesia (2017) sudah menembus angka 143 juta. Sedangkan, jumlah penduduk kita hanyalah 265,4 juta.

Hootsuite dan We are social pun mengungkap data jumlah pengguna aktif social media di Indonesia. Hingga Januari 2018, jumlahnya mencapai 130 juta dan mereka aktif menggunakan facebook, twitter, instagram dan lainnya.

Coba saja kamu tengok  seleb atau public figure yang berasal dari Indonesia. Jumlah follower Instagram mereka bisa menembus belasan hingga puluhan juta. Diantaranya seperti Ayu Ting-ting, Laudya Cintya Bella, Agnez Mo dan masih banyak lagi.

Banyaknya pengguna aktif media sosial di negeri ini, kerap membuat para seleb pusing tujuh keliling. Pasalnya, selain mendapat pujian mereka juga sering mendapatkan hujatan dari para netizen di instagram.

2. Lebih suka bergosip
Syahrini via : Detik
Orang Indonesia senang bergosip, sepertinya ini ada benarnya. Coba saja tengok pada pagi, siang hingga sore hari. Berapa jumlah tayangan televisi yang menyajikan acara infotaiment news? Pastinya cukup banyak bukan dan berita yang disajikan mirip-mirip.

Kehiduapan para selebritis nampaknya memang sangat sayang untuk dilewatkan. Bahkan acara infotaiment news, sering membagikan award kepada para artis yang sering menjadi pemberitaan terpanas hingga selebriti yang paling banyak dibenci.


3. Harga buku mahal dan semakin tidak terjangkau
 via: thinkstock
Coba kamu cek berapa harga buku-buku anak SD saat ini, rasanya lumayan mahal bukan? Tidak semua orang tua loh mampu membeli buku pelajaran sekolah untuk anak mereka. Jika buku pelajaran sekolah yang wajib masih sulit terjangkau, bagaimana buku-buku bacaan lainnya.

Mahalnya harga buku biasanya disebabkan oleh bahan baku kertas yang terus naik. Belum lagi ongkos produksi, biaya pengiriman dan lainnya.

4. Minimnya fasilitas perpustakaan
via: Pexels
Selain membeli, meminjam atau membaca buku di perpustakaan bisa menjadi solusi. Akan tetapi, tidak semua sekolah memiliki fasilitas perpustakaan yang memadai. Beruntunglah bagi kamu yang tinggal di kota besar, karena biasanya kota-kota besar memiliki perpustakaan umum atau perpustakaan daerah dengan koleksi beragam.

5. Tidak dibiasakan dari kecil
via: Pexels
Membiasakan budaya membaca memang harus ditanamkan sejak kecil. Banyak orang tua mungkin tidak sadar, mereka lebih memilih membelikan anak-anaknya sepeda atau mainan ketika anak mereka naik kelas.

Padahal, hadiah buku bisa menjadi kado yang baik dan itu mengenalkan mereka pada dunia membaca sejak dini.

6. Stigma kutu buku
 via: informasi 212

Stigma mengenai anak kutu buku di Indonesia juga sangat kuat. Biasanya tipe orang seperti ini sering dianggap culun, tidak mudah bergaul atau bersosialisasi dan bersifat membosankan.

Padahal tidak semua orang yang hobi membaca seperti itu. Sebab hobi membaca buku memiliki berbagai manfaat yang sangat positif misalnya kita bisa belajar dan memiliki daya berpikir yang lebih baik.


Gramedia Luncurkan Novel Kedua LEILA S. CHUDORI, “LAUT BERCERITA”.




Setelah sukses dengan peluncuran novel perdananya di tahun 2012 berjudul Pulang, yang meraih Khatulistiwa Literary Award  dan diterjemahkan ke dalam lima bahasa asing, Leila S. Chudori  melahirkan novel kedua Laut Bercerita. Novel yang diterbitkan oleh Kepustakaan Populer Gramedia ini diselenggarakan di Institut Français Indonesia (IFI), Jl MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Yang menarik adalah: peluncuran Laut Bercerita juga disertai pemutaran film pendek yang diadaptasi  dari buku ini yang disutradarai oleh Pritagita Arianegara. Selain itu, ada pula pameran stillphoto dari film pendek pembuatan Laut Bercerita yang diproduksi Anton Ismael.

 Laut Bercerita merupakan novel kedua Leila yang berkisah tentang tokoh Biru Laut dan para aktivis 98 lainnya serta Asmara Jati, adik Biru Laut, dalam mencari jejak kakaknya yang hilang di saat negara tengah mengalami gejolak politik. Di dalam novel ini, Leila tak hanya mengungkapkan kekelaman dan kekejian yang dialami para aktivis yang diculik dan disekap, namun juga persahabatan antar aktivis, roman di antara mereka  dan pengkhianatan di dalam kelompok.
            
 “Novel Laut Bercerita dibuat berdasarkan riset yang dalam dengan tokoh-tokoh nyata yang terlibat pada peristiwa tahun 98. Seperti novel saya sebelumnya, saya berusaha memaparkan peristiwa bersejarah dengan sedetil mungkin, agar pembaca mampu merasakan apa yang sebenarnya terjadi. Meski karakter-karakter utama dalam novel adalah fiktif, namun penggambaran pengalaman mereka  terinspirasi oleh  kisah yang dipaparkan para aktivis 98 dan kawan-kawannya,” demikian Leila mengenai Laut Bercerita. Mewakili KPG, Christina M. Udani, Editor Senior Kepustakaan Populer Gramedia menyatakan,”Kami selalu mendukung karya-karya para penulis terbaik seperti Leila S. Chudori dengan menjadi mitra penerbitnya. Tujuannya adalah untuk memperkaya dunia sastra Indonesia dengan karya yang berkualitas serta memanjakan para pecinta karya Leila yang sudah tidak sabar menunggu novel berikutnya.”

Seperti pada peluncuran karya Leila sebelumnya yang selalu disertai presentasi yang menarik, kali ini Laut Bercerita pun menawarkan hal yang berbeda. Jika pada peluncuran kumpulan cerpen 9 Dari Nadira (2009) Leila menampilkan theatrical reading, untuk novel Pulang, Leila menampilkan pementasan dramatic reading. Pada kesempatan peluncuran novel Laut Bercerita kali ini, Leila akan menampilkan film pendek yang diangkat dari novel dan pemutaran video di balik layar pembuatan film.

Film pendek Laut Bercerita yang diproduksi oleh Cineria Films dan Yayasan Dian Sastrowardoyo ini, dibintangi oleh Reza Rahadian, Ayushita Nugraha, Dian Sastrowardoyo, Tio Pakusadewo, Aryani Willems, Lukman Sardi, Tanta Ginting, Ade Firman Hakim, Haydar Salihz dan Adjie N.A. Naskah film berdurasi 30 menit ini ditulis oleh Leila sendiri serta disutradarai oleh Pritagita Arianegara dan diproduseri oleh Wisnu Darmawan dan Gita Fara. Film ini juga melibatkan para pekerja film ternama Indonesia, antara lain: Batara Goempar (penata kamera), Lilik Subagyo (penyunting), Retno Ratih Damayanti (penata kostum), Khikmawan Santosa (penata suara) Thoersi Argeswara (penata musik) dan pembuatan video di balik layar yang dikerjakan oleh tim videografi Third Eye Space, di bawah arahan Anton Ismael.

Mengenai pembuatan film pendek ini, Pritagita Arianegara selaku sutradara mengatakan, “Karena ini merupakan film pendek dimana ada keterbatasan durasi dan hal teknis lainnya, maka saya mengambil intisari novel dan menerjemahkannya kedalam bahasa visual serta memilih untuk mengangkat sisi yang lebih universal seperti kejadian yang dialami oleh Biru Laut, serta bagaimana keluarga dan kekasihnya menghadapi kehilangan orang yang dicintai.” Sedangkan, produser Wisnu Darmawan menambahkan, “Film ini dibuat agar para pembaca buku dan juga masyarakat luas dapat menikmati isi novel secara visual. Selain diputar pada acara peluncuran kali ini, rencananya film pendek ini akan diputar menyertai tur novel Laut Bercerita ke beberapa kota di Indonesia ataupun tur buku di beberapa negara dan dapat diputar di berbagai kesempatan terpisah.”

Dunia film sendiri bukanlah hal baru bagi Leila, yang sebelumnya bekerja sebagai redaktur senior majalah Tempo serta bertanggung jawab untuk menulis berbagai resensi film. Leila juga telah menulis berbagai naskah film, antara lain film pendek Drupadi (produksi Miles Films) serta serial televisi Dunia Tanpa Koma (produksi Sinemart)

Novel Laut Bercerita sudah beredar di semua toko buku tanah air sejak November 2017 dan sudah memasuki cetak ulang ke 2.  Dengan tebal 389 halaman dan harga Rp 100.000, novel ini juga bisa dipesan melalui: www.gramedia.com