Tampilkan postingan dengan label game. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label game. Tampilkan semua postingan

Mencicipi Manisnya Bisnis Game



Bisnis mobile game terus meningkat selama lima tahun terakhir ini. Mengutip data Statista, pendapatan mobile game di seluruh dunia melonjak pesat dari 17,6 miliar dollar AS (Rp 248,5 triliun) pada 2013 menjadi 40,6 miliar dollar AS (Rp 573,2 triliun) pada 2017.

Jumlah uang yang menggiurkan tersebut mendorong beberapa pengusaha untuk mencicipi bisnis ini, tak terkecuali vendor telepon seluler (ponsel). Saat ini, banyak produsen ponsel yang meluncurkan ponsel untuk bermain gamealias gaming.

Salah satunya adalah Xiaomi. Produsen ponsel asal Tiongkok ini resmi merilis ponsel gaming flagship-nya, Black Shark pada April lalu. Ponsel yang harganya dipatok Rp 8,25 juta ini dibekali prosesor Snapdragon 845.

Berkat kejeliannya dalam mengamati peluang tersebut, Xiaomi pun berhasil membukukan keuntungan. Hanya dalam waktu sekejap, Xiaomi Black Shark dilaporkan sudah mencatat angka 1 juta pemesanan. 
Tak hanya Xiaomi, perusahaan perangkat komputer game asal Amerika Serikat, Razer telah lebih dulu menyasar pasar ini lewat Razer Phone lewat ponsel gaming yang dirilis pada akhir 2017. Razer Phone menggunakan Snapdragon 835 dan dibekali RAM lebih besar, 8GB telah dijual di beberapa toko online (daring) dengan banderol sekitar Rp 9 juta.

Dilansir Detik, kesuksesan Razer ini pun telah memunculkan rumor bahwa produsen peripheral komputer ini ketagihan bikin ponsel lagi. Menurut rumor, Razer tengah menyiapkan penerus Razer Phone yang diduga bernama Razer Phone 2. Konon, ponsel ini akan dirilis September 2018. 

Game Digital
Tak hanya perusahaan skala besar, pengembang game digital di Indonesia terus meningkat. Salah satu alasannya adalah pasar game yang menjanjikan. Koordinator Internasional Game Development Association (IGDA) Indonesia, Samuel Henry, mengatakan, prospek bisnis pembuatan game digital sangat menjanjikan. 

Samuel mencatat, pada 2012 saja sedikitnya terdapat 60 studio hingga 70 studio pembuatan game skala menengah dan besar yang aktif. Jumlah tersebut meningkat hingga 100 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya. 

Menurut dia, para pembuat game ini menjual produknya ke berbagai pihak, mulai perorangan, perusahaan telepon seluler seperti Samsung dan Nokia, agensi, hingga operator telekomunikasi penyedia konten game seperti XL dan Telkom. 

Nilai penjualan sebuah konten game juga cukup tinggi dan bervariasi, tergantung tingkat kerumitan pembuatannya. Seperti dikutip Kompas, rata-rata game jenis ini dihargai 2.000 dollar AS hingga 5.000 dollar AS per game.