Imunisasi merupakan cara memperkuat sistem kekebalan tubuh pada bayi, sehingga bayi kebal terhadap serangan penyakit baik itu virus, bakteri, jamur, parasit dan lainnya. Dengan melakukan imunisasi berarti kita sudah melindungi Si Kecil dari berbagai risiko penyakit di masa mendatang.
Dikutip dari PERMENKES RI No. 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi. Imunisasi adalah “Satu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan”.
Imunisasi diberikan melalui vaksin yang dapat membantu meningkatkan sistem imun Si Kecil. Vaksin tersebut mengandung versi jinak dari kuman penyakit yang dilemahkan. Nantinya ia bekerja dengan cara memproduksi antibodi khusus untuk melawan penyakit-penyakit tertentu.
Saat vaksin masuk kedalam tubuh Si Kecil, kuman jinak tidak mengancam penyakit. Namun ia akan membiarkan sistem imun untuk mengenalinya sebagai suatu ancaman dan membentuk antibodi secara spesifik yang bekerja melawan kuman tersebut dan ketika nanti ada kuman yang masuk ke dalam tubuh si kecil sistem imunnya sudah siap membunuh dengan antibodi khusus yang didapat dari imunisasi.
Imunisasi yang diberikan secara rutin dan lengkap menjadi cara paling efektif untuk mencegah penyebaran penyakit. Di Indonesia imunisasi rutin lengkap terdiri atas imunisasi dasar dan imunisasi lanjutan.
Untuk imunisasi dasar terdiri dari dasar terdiri dari 5 tahap yaitu:
Imunisasi Dasar Pertama: HB0
Vaksin yang diberikan pada imunisasi dasar yang pertama adalah HB0 yakni untuk mencegah penyakit Hepatitis B. Diberikan pada bayi yang baru lahir 0-7 hari. Pada pemberiannya, Hb0 disuntikan pada 1/3 paha kanan atas bagian luar secara Intramuskular dengan dosis 0.5ml menggunakan uniject atau alat suntik sekali pakai yang telah diisi dengan vaksin.
Imunisasi Dasar yang kedua BCG
Diberikan pada bayi saat berusia 1-2 bulan disuntikan pada lengan kanan atas bagian luar secara intracutan dengan dosis 0.05ml. Yang perlu diperhatikan setelah penyuntikan BCG adalah efek sampingnya, dimana terjadi luka pustul atau bisul yang meninggalkan bekas luka seperti jaringan parut. Namun tak pelu khawatir karena hal tersebut normal selama tidak menimbulkan bengkak dan nanah berlebihan tinggal menjaga tetap kering dan bersih.
Imunisasi Dasar yang ketiga: Polio
Imunisasi poliomelythis terbagi menjadi dua yaitu Oral Polio Vaccine (OPV) yang diberikan pada mulut bayi. Sedangkan Inactivated Polio Vaccine (IPV)diberikan melalui suntikan. Untuk OPV diberikan sebanyak empat kali dan untuk IPV setidaknya bayi mendapatkan satu kali IPV.
Imunisasi Dasar yang keempat: Pentavalen
Dalam vaksin ini terdiri dari 3 vaksin yakni DPT (untuk mencegah Difteri, Pertusis dan Tetanus), HB (untuk mencegah Hepatitis B) dan HIB (untuk mencegah Pneumonia).
Imunisasi Dasar yang kelima: Campak
Disuntikan pada bayi yang berusia 9 bulan. disuntikan pada lengan bayi luar bagian atas secara subscutan (SC) dengan dosis 0.5ml. Efek samping dari imunisasi campak bayi bisa terjadi demam pada hari ke-5 atau hari ke-6 dan bisa juga terjadi ruam pada hari ke-7.
Jika Tidak Imunisasi Lengkap
Tidak melakukan imunisasi lengkap juga dapat menyebabkan terjadinya wabah penyakit menular di suatu daerah atau bahkan negara. Hal ini dapat terjadi karena ketidakpatuhan dalam melakukan imunisasi atau kurangnya akses terhadap imunisasi. Wabah penyakit menular dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial yang besar, serta memakan banyak korban jiwa.
Selain itu, ketidakpatuhan dalam melakukan imunisasi juga dapat menyebabkan munculnya varian penyakit yang lebih berbahaya dan sulit diobati. Hal ini dapat terjadi jika virus atau bakteri penyakit menular tersebut terus berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru.
Maka dari itu, sangat penting bagi masyarakat untuk memahami pentingnya imunisasi lengkap dan melakukan vaksinasi sesuai dengan jadwal yang direkomendasikan oleh dokter atau profesional kesehatan. Dengan melakukan imunisasi lengkap, kita dapat melindungi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat dari penyakit menular yang dapat berbahaya dan mematikan.
Waktu Pelaksanaan Imunisasi
Imunisasi adalah tindakan preventif yang efektif dalam mencegah penyakit menular yang dapat membahayakan kesehatan dan bahkan nyawa. Waktu pelaksanaan imunisasi dapat bervariasi tergantung pada jenis imunisasi yang diperlukan dan usia seseorang. Berikut adalah beberapa contoh waktu pelaksanaan imunisasi yang umumnya direkomendasikan:
Bayi: Imunisasi rutin bagi bayi dimulai sejak mereka lahir dengan vaksinasi Hepatitis B. Pada usia 2 bulan, bayi mulai mendapatkan vaksinasi untuk DPT (difteri, pertusis, tetanus), Hib (Haemophilus influenzae tipe b), polio, pneumokokus, dan rotavirus. Imunisasi ini dilanjutkan pada usia 4 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 18 bulan.
Anak-anak: Anak-anak menerima vaksinasi tambahan pada usia 4-6 tahun, termasuk vaksinasi untuk DPT dan polio serta MMR (campak, rubella, dan gondok).
Remaja: Remaja menerima vaksinasi tambahan pada usia 11-12 tahun, termasuk vaksinasi HPV (human papillomavirus), vaksinasi MCV4 (meningokokus), dan vaksinasi Tdap (tetanus, difteri, dan pertusis).
Dewasa: Dewasa juga dapat memerlukan vaksinasi tambahan tergantung pada riwayat imunisasi sebelumnya dan situasi kesehatan pribadi mereka. Contohnya adalah vaksinasi influenza tahunan dan vaksinasi pneumonia pada usia lanjut.
Penting untuk diketahui bahwa jadwal imunisasi dapat bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti kondisi kesehatan, riwayat medis, dan faktor lingkungan. Oleh karena itu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter atau profesional kesehatan untuk mengetahui jadwal imunisasi yang tepat untuk usia dan kondisi kesehatan Anda.
Keamanan Imunisasi
Imunisasi sangat aman dan efektif dalam mencegah penyakit menular. Imunisasi telah terbukti melindungi individu dari penyakit berbahaya dan mencegah penyebaran penyakit tersebut ke orang lain.
Meskipun ada beberapa efek samping ringan yang mungkin terjadi setelah imunisasi, seperti demam ringan, kemerahan, dan pembengkakan pada area suntikan, efek samping ini biasanya bersifat sementara dan tidak membahayakan. Efek samping yang lebih serius sangat jarang terjadi dan dapat diatasi dengan penanganan medis yang tepat.
Sebelum mendapatkan persetujuan untuk digunakan, vaksin melalui serangkaian uji coba klinis dan pengujian ketat untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya. Setiap vaksin juga diawasi secara terus-menerus setelah persetujuan diberikan untuk memantau efek samping yang tidak terduga dan memastikan keamanannya.
Maka itu, sangat penting untuk melakukan imunisasi dan mengikuti jadwal imunisasi yang direkomendasikan untuk melindungi diri sendiri dan orang lain dari penyakit menular yang dapat berbahaya.